Selasa, 18 Januari 2011

Pembohong cilik

Kejadian tadi malam tak pernah aku bayangkan sebelumnya. Bagaimana bisa ada anak macam ini? Tingkahnya tak begitu wajar. Pembawaannya yang riang namun sangat berlebihan itu, membuat penumpang lain merasakan hal-hal yang berbeda. Ada yang risih mendengar nyanyian "merdu"-nya, yang tertawa melihat perangainya saat memelototi tukang tahu dan yang kebingungan dengan semua tingkah lakunya itu termasuk aku. Sempat terpikir olehku, apakah aku salah naik kereta?

Anak itu hitam kulitnya, matanya besar dengan rambut yang acak-acakan. Sekilas ia terlihat seperti tokoh "Ojan" dalam acara komedi SKETSA di transTv. Celana pendeknya yang diangkat sampai perut sangat tidak serasi dengan jaket Aremania-nya yang kumal. Seperti menyembunyikan sesuatu di perutnya yang membuncit itu, hingga ia mengeluarkan beberapa
bungkus kacang dan segelas bintang sobo. Rupanya buntelan dalam jaket sekaligus celananya itu adalah "tas" miliknya.

Mbak tukang soes sempat mengajaknya bicara, mestinya mereka sama-sama berasal dari Jawa. Dari pembicaraan ini aku dapat menangkap (atau mencuri dengar) banyak informasi tentang anak itu. Rupanya ia kurang mendapatkan kasih sayang orang tua. Sehingga ia seperti selalu mencari perhatian. Bapaknya seorang pemabuk, sedang ibunya, entahlah, aku tak mendengarnya dengan jelas. Kedengarannya seperti, ibunya bekerja di suatu tempat dan baru saja mendapat gaji. Ia hendak memulangkan anak itu ke Jawa dengan kereta besok siang. Entah apa maksudnya, mungkin ia akan dititipkan ke rumah neneknya?

Umur anak itu masih 8 tahunan, tapi lagaknya seperti orang dewasa yang stress karena tidak bisa membayar hutang kepada rentenier dan rumahnya hendak disita. Ia putus sekolah, mungkin seharusnya sekarang ia duduk di bangku kelas 4 SD. Sungguh malang nasibnya, seharusnya ia terlihat sangat sedih. Tapi justru sebaliknya, ia terlihat sangat gembira. Walaupun ia berkali-kali menyanyikan lagu Gambang Suling dan Ibuku Sayang yang menggetarkan hati orang yang mendengarnya, ia menyanyikannya dengan penuh senyum dan kegembiraan. Pembohong. Namun ia tidak berhenti bercanda, membayangkan orang didepannya sebagai sosok Markus yang memang botak tinggi itu. Ia tertawa terkikik-kikik sendiri, menggoda lelaki didepannya itu kendati orang itu tak memebalas setitik senyuman pun.

Miris, membayangkan nasib anak bangsa yang seperti itu. Tapi memang itulah paradoks yang terdapat di Indonesia, antara kondisi sosial dan ekonomi masyarakatnya. Suatu titik hitam kelam yang menodai pencitraan baru negara ini yang dibangun SBY dengan susah payah, enam tahun terakhir.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar